Mimbar Minimalis – Kalau kamu sering mengunjungi masjid, apalagi masjid yang punya sentuhan arsitektur tradisional, kamu mungkin pernah melihat satu hal yang cukup menarik di bagian depan: mimbar masjid yang diberi atap berbentuk kubah mini. Kecil memang, tapi keberadaannya tak bisa diabaikan begitu saja. Pertanyaannya, kenapa ya mimbar itu perlu diberi atap berbentuk kubah kecil? Estetika semata, atau ada filosofi dan fungsi di baliknya?
Yuk, kita kupas tuntas rahasia di balik atap kubah mini pada mimbar masjid. Siapa tahu, kamu bisa dapat inspirasi baru atau sekadar bahan ngobrol sore bareng teman.
Baca juga: 5 Langkah Mudah Memilih Jasa Pembuatan Mimbar Masjid Berkualitas
Mengapa Beberapa Mimbar Masjid Diberi Sentuhan Atap Unik Ini?
Lebih dari Sekadar Hiasan
Banyak orang berpikir, kubah mini itu cuma pemanis tampilan. Tentu saja ada benarnya, tapi kenyataannya, atap kubah mini di atas mimbar punya makna lebih dalam. Dalam sejarah arsitektur Islam, kubah tak cuma menjadi simbol keagungan dan kemuliaan, tapi juga mewakili langit dan kebesaran Tuhan.
Nah, ketika sebuah mimbar diberi atap berbentuk kubah, itu bisa menjadi perlambang bahwa setiap kata yang diucapkan dari mimbar itu adalah titipan amanah yang agung, seolah-olah disampaikan di bawah “langit” simbolik.
Fungsi Akustik yang Tidak Banyak Diketahui
Di balik bentuknya yang mungil, atap kubah mini ternyata punya fungsi yang cukup praktis. Dalam bangunan masjid tradisional, di mana pengeras suara belum jadi kebutuhan utama, atap kubah di atas mimbar bisa membantu memantulkan suara ke arah jamaah. Jadi, suara khatib atau penceramah bisa terdengar lebih jelas meskipun tidak menggunakan mikrofon.
Bayangkan seperti cangkang kerang yang bisa memperkuat suara di dalamnya kurang lebih seperti itulah efek akustik dari kubah mini ini.
Sentuhan Kultural dan Estetika
Di banyak daerah di Indonesia, kubah pada mimbar bukan hal baru. Misalnya di masjid-masjid tua di Jawa, Sumatera, hingga Kalimantan, elemen ini menjadi bagian dari kekayaan budaya. Desain kubahnya pun beragam ada yang menyerupai bawang khas Timur Tengah, ada juga yang dibuat seperti limas khas Nusantara.
Pemberian atap kubah ini kadang juga disesuaikan dengan arsitektur masjid secara keseluruhan, biar nyambung. Kalau masjidnya berarsitektur klasik dengan dominasi lengkung dan ornament ukiran, maka kubah mini di atas mimbar akan menyatu secara visual. Tak heran kalau banyak arsitek masjid menjadikan elemen ini sebagai “ciri khas” yang tak bisa dilewatkan begitu saja.
Simbol Perlindungan dan Wibawa
Kalau dilihat dari sisi simbolik, kubah mini di atas mimbar juga bisa diartikan sebagai bentuk perlindungan. Bukan perlindungan fisik semata, tapi lebih ke perlindungan simbolis terhadap keilmuan, keimanan, dan amanah dakwah yang sedang disampaikan.
Khotbah Jumat, ceramah, atau pelajaran keagamaan lainnya bukan sekadar rangkaian kata semuanya membawa bobot moral dan spiritual. Nah, atap itu seperti penegas bahwa apa yang disampaikan dari sana bukan omong kosong. Ada wibawa yang dijaga.
Tips Jika Anda Ingin Menambahkan Kubah Mini di Mimbar Masjid Anda
- Pertimbangkan Proporsi
Jangan sampai kubah mininya justru terlihat “tenggelam” atau malah “menguasai” mimbar. Proporsi yang pas bikin tampilannya elegan dan menyatu.
- Pilih Material Berkualitas
Umumnya, kayu jati, mahoni, atau bahkan bahan modern seperti GRC bisa jadi pilihan. Tapi pastikan kubahnya tahan cuaca, apalagi jika masjid semi-terbuka.
- Sesuaikan dengan Gaya Masjid
Kalau masjidnya modern minimalis, buatlah kubah mini dengan desain geometris dan simpel. Tapi kalau masjid bernuansa tradisional, ukiran klasik bisa memperkaya tampilan.
- Perhatikan Warna dan Finishing
Kubah mini bisa diberi warna emas, cokelat kayu, atau hijau zamrud. Tapi jangan tabrak lari soal kombinasi warna ya, pastikan tetap harmonis dengan interior mimbar dan masjid.
- Konsultasi dengan Ahli
Ini penting banget. Arsitek atau pengrajin berpengalaman bisa bantu wujudkan desain yang tak cuma indah, tapi juga fungsional dan sesuai syariat.
Nuansa Historis yang Masih Relevan
Kalau menelusuri sejarah Islam, mimbar sendiri sudah hadir sejak masa Rasulullah SAW. Awalnya hanya berupa tiga undakan dari kayu. Tapi seiring berkembangnya zaman, mimbar mengalami transformasi bentuk. Kubah pun menjadi salah satu bagian baru dalam arsitektur mimbar, terutama ketika Islam mulai bersentuhan dengan budaya Persia, Turki Utsmani, hingga Asia Tenggara.
Meskipun zaman sudah berubah, unsur kubah tetap dipertahankan karena nilainya tak semata pada bentuk, tapi pada makna di baliknya.
Tidak Semua Mimbar Perlu Kubah
Meski begitu, bukan berarti semua mimbar masjid harus ada kubah mini-nya. Ada juga masjid yang memilih desain mimbar polos, minimalis, dan modern tanpa kubah. Ini biasanya disesuaikan dengan konsep keseluruhan masjid.
Yang penting adalah fungsi dan makna tetap bisa tersampaikan, meskipun tampilannya berbeda.
Bukan Sekadar Ornamen
Kubah mini di atas mimbar bukan sekadar “topi cantik” yang menempel tanpa arti. Ia adalah simbol, penegas, dan penambah nuansa spiritual di ruang ibadah. Bagi sebagian orang mungkin tampak remeh, tapi bagi yang memahami, di situlah letak keindahan dan kekuatan mimbar sebagai pusat dakwah.
Jadi, lain kali saat kamu melihat mimbar masjid dengan kubah kecil di atasnya, jangan cuma memandangi sebagai hiasan semata. Ingatlah bahwa ada sejarah, nilai, dan filosofi yang sedang “berdiri” di atas sana.
You must be logged in to post a comment.