Furniture Online Terpercaya

Podium Pidato – Kalau kamu pernah salat di masjid dan sempat memperhatikan bagian depan ruang utama, mungkin ada satu hal yang bikin kamu mikir: kenapa ya, mimbar tempat khatib berdiri saat khutbah Jumat itu, malah nggak menghadap kiblat seperti jamaah lainnya?

Ini bukan soal salah bangun, dan jelas bukan karena arsiteknya lupa arah kiblat. Justru, posisi mimbar yang menyamping atau bahkan membelakangi arah kiblat itu punya alasan kuat, baik dari sisi fungsi, arsitektur, sampai ke sisi adab. Yuk, kita kupas satu-satu.

Baca juga: 5 Langkah Mudah Memilih Jasa Pembuatan Mimbar Masjid Berkualitas

Mengapa Mimbar Masjid Tidak Pernah Menghadap Kiblat?

Bukan Sekadar Panggung, Ini Fungsi Utama Mimbar

Mimbar dalam masjid bukan cuma sekadar “panggung kecil” tempat khatib berdiri. Dalam konteks Islam, mimbar punya fungsi penting sebagai media penyampaian pesan keagamaan khususnya saat khutbah Jumat. Di sinilah khatib menyampaikan nasihat, pengingat, dan ajakan kebaikan ke jamaah.

Nah, supaya semua jamaah bisa melihat dan mendengar dengan jelas, posisi mimbar biasanya dibuat agak tinggi dan diletakkan di sisi kanan mihrab (relung tempat imam memimpin salat). Kalau mimbar diposisikan tepat menghadap kiblat, otomatis khatib juga akan menghadap tembok. Jamaah nggak bisa lihat, dan suara bisa terpantul ke arah yang salah. Jadinya mubazir dong, fungsinya malah nggak optimal.

Sudut Pandang Arsitektural: Mengatur Alur dan Fokus Jamaah

Secara desain arsitektur, posisi mimbar itu udah dipikirin matang-matang. Bukan asal taruh. Masjid sebagai ruang ibadah harus bisa menciptakan keseimbangan antara kekhusyukan dan komunikasi efektif. Nah, mimbar yang diposisikan agak menyamping atau miring dari kiblat memungkinkan khatib untuk tetap dilihat dan didengar oleh jamaah yang jumlahnya bisa ratusan, bahkan ribuan orang.

Coba bayangkan, kalau mimbar dibuat tepat di tengah-tengah, sejajar dengan imam, bisa-bisa malah mengganggu alur saf salat. Belum lagi kalau harus disingkirkan setiap kali salat lima waktu. Ribet, kan?

Arsitektur masjid klasik sampai modern pun mengikuti prinsip ini. Dari Masjid Nabawi di Madinah, Masjid Agung Demak, sampai masjid-masjid kontemporer di Jakarta, semuanya tetap menjaga kaidah posisi mimbar di sisi kanan mihrab, menghadap jamaah, bukan menghadap kiblat.

Adab dalam Beribadah

Dari sisi adab, ada pula alasan kenapa khatib sebaiknya menghadap jamaah, bukan sebaliknya. Dalam Islam, menyampaikan khutbah adalah bagian dari ibadah. Menghadap langsung kepada jamaah menandakan keseriusan, kejelasan pesan, dan keterbukaan. Kalau khatib membelakangi jamaah, tentu malah terkesan kurang sopan atau tidak menghargai audiens.

Selain itu, ada pula unsur simbolik di balik arah mimbar. Ketika khatib naik mimbar, dia sedang menjalankan amanah besar: menyampaikan kebenaran. Maka dari itu, posisinya diangkat secara harfiah dan maknawi untuk menunjukkan bahwa pesan yang dibawanya bukan dari dirinya sendiri, tapi dari ajaran agama.

Tips Buat Kamu yang Sering Perhatiin Desain Masjid

Kalau kamu termasuk yang suka memperhatikan desain masjid, atau bahkan bercita-cita membangun masjid sendiri, ada beberapa tips yang bisa jadi bahan pertimbangan:

  • Perhatikan Arah Kiblat Secara Akurat

Pakai bantuan aplikasi atau alat ukur profesional. Karena kiblat adalah poros utama penempatan ruang ibadah.

  • Letakkan Mimbar di Sisi Kanan Mihrab

Ini sesuai dengan sunnah dan praktik masjid di seluruh dunia. Selain praktis, juga tidak mengganggu saf salat.

  • Pertimbangkan Akustik dan Pencahayaan

Jangan sampai suara khatib tenggelam atau malah menggema berlebihan. Lampu juga harus cukup terang di area mimbar tanpa menyilaukan jamaah.

  • Desain yang Ergonomis

Mimbar jangan terlalu tinggi sampai menyulitkan khatib naik-turun, tapi cukup tinggi untuk tetap terlihat dari barisan belakang.

  • Estetika Jangan Ditinggal

Material mimbar bisa disesuaikan dengan tema masjid. Kayu ukir, marmer, atau kombinasi modern asal tetap menjaga kesakralan.

Dari Zaman Nabi Sampai Sekarang

Sedikit sejarah, mimbar sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan Nabi pernah menggunakan mimbar tiga anak tangga yang dibuat dari kayu kurma. Seiring waktu, desain mimbar jadi berkembang sesuai budaya dan estetika lokal, tapi fungsinya tetap: menyampaikan pesan dengan adab dan kejelasan.

Di Masjid Nabawi sekarang, mimbar modern digunakan dengan teknologi audio canggih. Tapi tetap, arahnya menyamping dari kiblat. Ini menunjukkan bahwa meskipun zaman berubah, prinsip dasarnya tetap dipegang teguh.

Desain Penuh Makna

Jadi, mimbar yang tidak menghadap kiblat itu bukan tanpa alasan. Di balik desain itu ada pertimbangan teknis, etika, dan spiritual. Mulai dari akustik, visual, hingga sikap hormat kepada jamaahsemua dipikirkan agar khutbah Jumat bisa sampai ke hati dan kepala setiap orang yang hadir.

Ini jadi pengingat juga buat kita, bahwa setiap elemen dalam masjid bukan sekadar ornamen. Ada filosofi dan adab yang menyatu di dalamnya. Termasuk posisi mimbar yang kadang terlihat sederhana, tapi punya makna luar biasa dalam pengalaman ibadah kita.

Jika Anda membutuhkan podium atau mimbar untuk ruang ibadah Anda. Kami ahli dalam pembuatan podium dan mimbar dari kayu jati, stainless, atau akrilik. Dengan pengalaman dan bahan berkualitas, kami siap mewujudkan desain impian Anda. Tim kami akan bekerja sama dengan Anda untuk memastikan setiap detail yang perlu dipertimbangkan. Dari podium tradisional hingga mimbar modern, kami menyediakan solusi sesuai kebutuhan Anda. Hubungi kami di halaman ini sekarang untuk konsultasi. Percayakan kepada kami untuk memberikan sentuhan elegan dan fungsionalitas yang Anda butuhkan di dalam ruang ibadah Anda.