Mimbar Masjid – Kalau bicara soal mimbar masjid, banyak orang hanya melihatnya sebagai tempat khatib berdiri dan menyampaikan khutbah. Padahal, di balik keberadaannya, mimbar punya posisi yang sakral dan terhormat. Ia bukan sekadar furnitur, tapi simbol keilmuan, amanah, dan kepemimpinan dalam masyarakat muslim. Sayangnya, ada banyak etika dan adab yang kerap terabaikan dalam penggunaannya.
Duduk santai dulu, yuk. Kita bahas satu per satu, siapa tahu bisa jadi pengingat sekaligus bahan refleksi, terutama buat yang aktif di lingkungan masjid.
Baca juga:Panggung Tanpa Hiasan: Jasa Pembuatan Podium Minimalis untuk Ruang Presentasi yang Berbicara Sendiri
Etika dan Adab Menggunakan Mimbar Masjid yang Sering Terlupakan
Memahami Fungsi dan Makna Mimbar
Sebelum ngomongin etika, kita perlu paham dulu: mimbar itu bukan sekadar tempat tinggi buat berdiri. Dalam sejarah Islam, mimbar sudah digunakan sejak zaman Rasulullah SAW sebagai tempat menyampaikan khutbah Jumat dan nasihat-nasihat penting. Posisi tingginya bukan untuk pamer, tapi agar suara khatib terdengar luas, dan jamaah bisa melihat sosok yang berbicara.
Jadi, mimbar itu punya makna simbolis tempat menyampaikan kebenaran dan ilmu dengan tanggung jawab besar. Maka wajar kalau penggunaannya harus hati-hati, penuh adab.
Tidak Semua Orang Layak Naik Mimbar
Ini hal pertama yang sering diabaikan. Kita kadang terlalu mudah membiarkan siapa pun menggunakan mimbar. Padahal, dalam Islam, naik mimbar itu amanah besar. Yang berdiri di atasnya seharusnya adalah orang yang paham agama, memiliki akhlak baik, dan disegani masyarakat. Bukan hanya sekadar pandai bicara.
Kalau sembarang orang naik mimbar, bisa-bisa isi khutbahnya malah menyesatkan, atau minimal, membingungkan jamaah. Jangan sampai mimbar malah jadi panggung ego atau ajang unjuk diri.
Tips: Pengurus masjid sebaiknya membuat semacam “daftar rekomendasi” penceramah atau khatib, agar penggunaan mimbar lebih terarah dan terkontrol.
Pakaian dan Penampilan Saat Naik Mimbar
Nah, ini juga sering disepelekan. Khatib naik mimbar pakai kaos oblong dan celana jins? Aduh, jangan sampai deh. Bukan soal pamer penampilan, tapi lebih ke menghormati tempat dan momen.
Penampilan mencerminkan niat dan penghargaan terhadap ibadah. Minimal, pakai baju bersih, sopan, dan kalau bisa ya pakai gamis atau pakaian khas Islami yang menambah wibawa.
Jaga Sikap dan Bahasa Tubuh
Mimbar bukan tempat buat meluapkan emosi secara liar. Kadang ada khatib yang terlalu berapi-api sampai terkesan marah-marah. Memang sih, semangat itu penting, tapi tetap harus seimbang dengan kelembutan dan adab.
Bahasa tubuh yang terlalu agresif, menunjuk-nunjuk jamaah, atau memukul mimbar bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Jangan sampai pesan baik yang disampaikan jadi nggak nyampe karena gaya penyampaiannya bikin ilfeel.
Gunakan Bahasa yang Santun dan Membumi
Ini penting banget. Kadang, ada khatib yang terlalu tinggi bahasanya, banyak istilah Arab yang nggak dijelaskan, atau malah justru pakai gaya yang terkesan menghakimi.
Padahal, tujuan khutbah itu menyampaikan kebaikan dengan cara yang bisa diterima semua kalangan. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sopan, tapi tetap mengena. Nggak usah terlalu banyak menuding dosa orang lain, lebih baik fokus mengajak kepada kebaikan.
Tips: Coba mulai khutbah dengan cerita ringan atau kisah inspiratif, agar jamaah merasa lebih dekat dan terhubung secara emosional.
Tidak Membawa Agenda Pribadi
Ini bahaya laten. Mimbar bukan tempat untuk “curhat politik”, menyindir individu tertentu, apalagi menyebar hoaks atau ujaran kebencian. Sayangnya, masih ada saja yang menyalahgunakan mimbar untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Ingat, setiap kata yang keluar dari mimbar akan didengar banyak orang dan bisa membentuk opini. Maka, gunakanlah untuk menyampaikan nilai-nilai universal: keadilan, kebaikan, dan kasih sayang.
Menjaga Kebersihan dan Keindahan Mimbar
Etika nggak cuma soal sikap, tapi juga soal perawatan. Mimbar yang berdebu, rusak, atau berantakan menunjukkan kurangnya kepedulian. Padahal, ini bagian dari tempat ibadah.
Tips Perawatan Ringan:
- Bersihkan mimbar secara rutin, minimal seminggu sekali.
- Cek kondisi kayu atau material lain, perbaiki jika ada kerusakan.
- Hindari menaruh barang-barang tak penting di atas atau sekitar mimbar.
Tidak Berlama-lama Tanpa Isi yang Jelas
Waktu khutbah bukan ajang pidato panjang lebar. Jamaah duduk lama, belum tentu semua fokus. Maka penting bagi khatib untuk to the point, singkat, padat, dan jelas.
Lebih baik khutbah 10-15 menit yang mengena, daripada 30 menit tapi ngalor-ngidul dan membosankan. Gunakan waktu secara bijak.
Tips: Persiapkan naskah atau poin-poin penting sebelumnya, jangan mendadak naik mimbar tanpa arah.
Saatnya Kembali ke Nilai Dasar
Mimbar bukan milik siapa-siapa, tapi milik umat. Maka siapapun yang berdiri di atasnya harus menyadari tanggung jawab besar yang dibawa. Etika dan adab bukan pelengkap, tapi bagian penting dari kehormatan mimbar itu sendiri.
Kalau kita ingin masjid jadi pusat pencerahan dan perdamaian, maka semuanya harus dimulai dari atas mimbar dari tutur kata, sikap, hingga pesan yang dibawa.
Jangan sampai mimbar hanya jadi tempat berdiri tinggi tanpa makna. Sudah waktunya kita jaga martabatnya, kita rawat nilainya, dan kita hormati kehadirannya. Karena dari sanalah, suara kebaikan seharusnya lahir.
Jika Anda membutuhkan podium atau mimbar untuk ruang ibadah Anda. Kami ahli dalam pembuatan podium dan mimbar dari kayu jati, stainless, atau akrilik. Dengan pengalaman dan bahan berkualitas, kami siap mewujudkan desain impian Anda. Tim kami akan bekerja sama dengan Anda untuk memastikan setiap detail yang perlu dipertimbangkan. Dari podium tradisional hingga mimbar modern, kami menyediakan solusi sesuai kebutuhan Anda. Hubungi kami di halaman ini sekarang untuk konsultasi. Percayakan kepada kami untuk memberikan sentuhan elegan dan fungsionalitas yang Anda butuhkan di dalam ruang ibadah Anda.
You must be logged in to post a comment.